Umar bin Khottob yang Berhati Lemah Lembut
Sore ini saya membacakan dongeng pada Hani dan Quinsa tentang sahabat Rasulullah yang berhati lembut bernama Umar bin Khottob.
Mereka berdua kali ini tenang sekali saat saya dongengkan kisah sahabat yang satu ini. Begini kisahnya...
Pada zaman dahulu, ada seorang sahabat Rasulullah yang menjadi khalifah sepeninggal wafatnya Rasulullah SAW. Beliau bernama kholifah Umar bin Khottob.
Walaupun memiliki kekuatan fisik yang luar biasa, kholifah Umar memiliki hati yang lemah lembut. Begini ceritanya...
Pada suatu malam yang dingin, kholifah sedang berjalan-jalan di pelosok wilayah kekuasaannya. Dari kejauhan tiba-tiba terdengarlah suara anak-anak kecil yang merengek pada ibunya.
"Bu, aku lapar!!! Aku mau makan bu..." kata seorang anak yang diteruskan oleh adiknya.
"Bu, aku belum makan sejak kemarin sore...aku mau pingsan bu, aku ingin makan"
Mendengar kegaduhan tersebut kholifah Umar mengetuk pintu dan mengucapkan salam
"Assalaamualaikum, bolehkah kami singgah sebentar bu?"
"Waalaikumussalam, siapa?" tanya ibu pemilik rumah dari dalam.
"Kami musafir yang kedinginan bu" jawab Umar bin Khottob.
Terlihat ibu muda yang sembab kedua matanya membukakan daun pintu,
"Tapi maaf saya tidak bisa menjamu kalian" kata ibu itu.
"Tidak apa-apa ibu, kami hanya ingin berdiang di depan tungku sebentar" jawab Umar bin Khottob.
Di depan tungku Umar bin Khottob melihat batu yang dimasak oleh ibu itu dan bertanya.
"Bu, kenapa engkau merebus batu? Tidak adakah makanan yang bisa engkau masak?" tanya Umar dengan iba. Dibalik sorbannya yang menutupi matanya, air mata Umar menetes, hatinya yang lemah lembut begitu tersentuh melihat keadaan janda miskin tersebut.
"Umar bin Khottob yang membuatku menjadi seperti ini, Umar tidak memperhatikan nasib rakyatnya yang menjadi janda karena suaminya yang menjadi korban perang fii sabilillaah, umar tidak memperhatikan nasib anak-anak yatim di negeri ini!" kata ibu itu dengan geram.
Umar terperangah mendengar penuturan yang begitu jujur dari ibu tersebut. Ditutupkannya sorban kembali ke bawah mata yang sekarang mulai mengalir air matanya. Umar begitu menyesali kepemimpinannya. Umar segera berpamitan kepada ibu tersebut.
Di perjalanan menuju baitul maal Umar mempercepat langkah kakinya diikuti dengan tergopoh-gopoh oleh ajudannya.
"Lancang sekali ibu itu, dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa" kata ajudan Umar. "Diamlah..." kata Umar sambil semakin mempercepat langkahnya.
Di baitul maal Umar mengambil sekarung gandum, korma, daging, dan roti kemudian dipikulnya sendiri ke tempat ibu tadi mereka singgah. Umar menolak tawaran ajudannya untuk memikul bahan makanan sendiri.
"Assalamualaikum bu, ini ada sedikit bahan makanan untuk kalian. Semoga Allah memberkahi kalian"
Ibu itu menangis dan berkata "Terimakasih wahai musafir, semoga Allah membalas kalian dengan balasan yang lebih baik lagi."
Umarpun mendekati tungku dan memasakkan sendiri makanan untuk mereka dari tangan Umar.
Akhirnya mereka semua makan bersama-sama dengan bahagia.
Pesan moral: Jadilah pemimpin yang berhati lemah lembut dan memperhatikan kebutuhan rakyatnya.
#30DEM
#30DayEmakMendongeng
#Day23
Komentar
Posting Komentar