Langsung ke konten utama

#DAY 23

Umar bin Khottob yang Berhati Lemah Lembut

Sore ini saya membacakan dongeng pada Hani dan Quinsa tentang sahabat Rasulullah yang berhati lembut bernama Umar bin Khottob.
Mereka berdua kali ini tenang sekali saat saya dongengkan kisah sahabat yang satu ini. Begini kisahnya...

Pada zaman dahulu, ada seorang sahabat Rasulullah yang menjadi khalifah sepeninggal wafatnya Rasulullah SAW. Beliau bernama kholifah Umar bin Khottob.

Walaupun memiliki kekuatan fisik yang luar biasa, kholifah Umar memiliki hati yang lemah lembut. Begini ceritanya...

Pada suatu malam yang dingin, kholifah sedang berjalan-jalan di pelosok wilayah kekuasaannya. Dari kejauhan tiba-tiba terdengarlah suara anak-anak kecil yang merengek pada ibunya.

"Bu, aku lapar!!! Aku mau makan bu..." kata seorang anak yang diteruskan oleh adiknya.
"Bu, aku belum makan sejak kemarin sore...aku mau pingsan bu, aku ingin makan"

Mendengar kegaduhan tersebut kholifah Umar mengetuk pintu dan mengucapkan salam
"Assalaamualaikum, bolehkah kami singgah sebentar bu?"
"Waalaikumussalam, siapa?" tanya ibu pemilik rumah dari dalam.
"Kami musafir yang kedinginan bu" jawab Umar bin Khottob.

Terlihat ibu muda yang sembab kedua matanya membukakan daun pintu,
"Tapi maaf saya tidak bisa menjamu kalian" kata ibu itu.
"Tidak apa-apa ibu, kami hanya ingin berdiang di depan tungku sebentar" jawab Umar bin Khottob.

Di depan tungku Umar bin Khottob melihat batu yang dimasak oleh ibu itu dan bertanya.

"Bu, kenapa engkau merebus batu? Tidak adakah makanan yang bisa engkau masak?" tanya Umar dengan iba. Dibalik sorbannya yang menutupi matanya, air mata Umar menetes, hatinya yang lemah lembut begitu tersentuh melihat keadaan janda miskin tersebut.

"Umar bin Khottob yang membuatku menjadi seperti ini, Umar tidak memperhatikan nasib rakyatnya yang menjadi janda karena suaminya yang menjadi korban perang fii sabilillaah, umar tidak memperhatikan nasib anak-anak yatim di negeri ini!" kata ibu itu dengan geram.

Umar terperangah mendengar penuturan yang begitu jujur dari ibu tersebut. Ditutupkannya sorban kembali ke bawah mata yang sekarang mulai mengalir air matanya. Umar begitu menyesali kepemimpinannya. Umar segera berpamitan kepada ibu tersebut.

Di perjalanan menuju baitul maal Umar mempercepat langkah kakinya diikuti dengan tergopoh-gopoh oleh ajudannya.

"Lancang sekali ibu itu, dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa" kata ajudan Umar. "Diamlah..." kata Umar sambil semakin mempercepat langkahnya.

Di baitul maal Umar mengambil sekarung gandum, korma, daging, dan roti kemudian dipikulnya sendiri ke tempat ibu tadi mereka singgah. Umar menolak tawaran ajudannya untuk memikul bahan makanan sendiri.

"Assalamualaikum bu, ini ada sedikit bahan makanan untuk kalian. Semoga Allah memberkahi kalian"
Ibu itu menangis dan berkata "Terimakasih wahai musafir, semoga Allah membalas kalian dengan balasan yang lebih baik lagi."

Umarpun mendekati tungku dan memasakkan sendiri makanan untuk mereka dari tangan Umar.
Akhirnya mereka semua makan bersama-sama dengan bahagia.

Pesan moral: Jadilah pemimpin yang berhati lemah lembut dan memperhatikan kebutuhan rakyatnya.

#30DEM
#30DayEmakMendongeng
#Day23

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Acara Jalan Sehat Desa Bondansari, Wiradesa 21 Agustus 2022

Dalam rangka acara memperingati hari lahirnya Indonesia Raya yang ke 77 pada hari Minggu 21 Agustus 2022, pada pukul 07.00 WIB pagi hari sekitar 1.500 warga Desa Bondansari, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan-Jawa Tengah ikut memeriahkan acara jalan sehat yg rutenya dimulai dari Balaidesa Bondansari lurus ke arah selatan menuju arah Dukuh Gendogo lalu belok ke arah timur melewati dukun Penggilingan, Bondan, serta Kebonan lalu kembali lagi di depan balaidesa sebagai garis finish acara jalan sehat berhadiah di pagi itu.              Pict.by : @Tatik Faridayani Acara dimulai dengan sambutan dari Bapak kepala desa Bondansari dan di tengah-tengah acara ada sambutan juga dari Bapak Camat Wiradesa. Warga terlihat antusias mengikuti acara tersebut. Beberapa di antaranya ada sesepuh-sesepuh Desa Bondansari yang turut memeriahkan acara tersebut. Walaupun usianya sudah lebih dari 60 tahun beliau-beliau tetap semangat dan tetap mengikuti jalannya acara tersebut sampai selesai.

Empire KMCA & 30 DEM

Mengajarkan Anak untuk Makan dengan Tenang, Tidak sambil Bermain             Oleh: Annisa Mahanani Sejak Quinsa berusia sekitar dua tahun, saya sudah membelikan meja dan kursi berkarakter hello kitty . Tujuannya supaya Quinsa memakan makanannya sendiri dengan tenang di tempat duduknya. Namun, setiap kali makan di kursi tersebut, Quinsa kelihatan tidak betah. Selalu bergerak dan ingin melompat. Kalau tidak dituruti, Quinsa akan menangis, bahkan tidak mau makan. Hingga usianya 3 tahun, Quinsa masih belum bisa makan dengan tenang di meja makan. Itulah sebabnya, hampir setiap kali makan, saya harus menyiapkan tenaga ekstra utuk meladeni Quinsa makan. Padahal bermacam cara sudah saya lakukan agar putri kedua saya ini mau makan di meja makan. Namun, susahnya minta ampun. Bagaimana ya caranya mengajarkan anak supaya makan dengan baik? Saya mendapatkan jawaban dari pertanyaan saya ini melalui buku Ayah Edi Menjawab. Begini jawaban beliau: Ayah dan Bunda, untuk menjawab pertanyaan ini,

DAY #1 KEJUJURAN

Kak Hani Berani Jujur Pada suatu sore... Kakak Hani sedang makan bersama adik Quinsa... Tiba-tiba... "Pranggg..!!!" Terdengar suara piring yang pecah.. Saat itu Umma sedang sibuk beres-beres di belakang rumah. Setelah selesai beres-beres rumah Umma mendatangi kak Hani dan adik Quinsa.. "Innaalillaahi wa'innaa ilaihi rooji'uun..wah, piringnya pecah lagi nihh..ayo bantuin Umma bersihin dulu yuk.." Kak Hani dan adik Quinsa membantu Umma membersihkan pecahan piring. Setelah itu Umma bertanya "Ayoo sayaang.. siapa yaa..yang tadi mecahin piring?" tanya umma, diantara ak Hani dan adik Quinsa belum ada yang berani menjawab... Akhirnya Umma bertanya lagi.. " Ayo siapa yang berani jujur sama Umma, anak yang jujur disayang lohh sama Allah nak..Umma tidak marah kok kalo kak Hani atau adik Quinsa mau berkata jujur.." Kata Umma sambil mengelus-elus kepala kakak Hani dan adik Quinsa. Akhirnya kak Hani mengakui kesalahannya dan meminta maaf