Langsung ke konten utama

Empire KMCA & 30 DEM

Mengajarkan Anak untuk Makan dengan Tenang, Tidak sambil Bermain

            Oleh: Annisa Mahanani

Sejak Quinsa berusia sekitar dua tahun, saya sudah membelikan meja dan kursi berkarakter hello kitty. Tujuannya supaya Quinsa memakan makanannya sendiri dengan tenang di tempat duduknya.

Namun, setiap kali makan di kursi tersebut, Quinsa kelihatan tidak betah. Selalu bergerak dan ingin melompat. Kalau tidak dituruti, Quinsa akan menangis, bahkan tidak mau makan. Hingga usianya 3 tahun, Quinsa masih belum bisa makan dengan tenang di meja makan.

Itulah sebabnya, hampir setiap kali makan, saya harus menyiapkan tenaga ekstra utuk meladeni Quinsa makan.

Padahal bermacam cara sudah saya lakukan agar putri kedua saya ini mau makan di meja makan. Namun, susahnya minta ampun.

Bagaimana ya caranya mengajarkan anak supaya makan dengan baik?

Saya mendapatkan jawaban dari pertanyaan saya ini melalui buku Ayah Edi Menjawab.

Begini jawaban beliau:
Ayah dan Bunda, untuk menjawab pertanyaan ini, sebaiknya kita mengetahui dulu gaya belajar anak kita. Ada tiga gaya belajar, yaitu visual ( melihat), auditory ( mendengar), dan kinestetik ( bergerak).
Kalau melihat kasus di atas, bisa jadi Quinsa memiliki gaya belajar kinestetik.

Anak tipe ini, struktur syarafnya memang dirancang untuk bergerak. Jadi makan pun memerlukan pergerakan fisik. Apakah salah? Tidak. Mungkin ini lebih kepada faktor tradisi makan dan etika sopan santun. Justru bagi anak kinestetik, kurang tepat menyuruhnya diam.

Mereka belajar melalui praktik dan menyukai hal-hal yang membuat mereka sibuk. Disuruh diam akan menghambat kreatifitasnya. Ayah dan Bunda tidak mau itu terjadi, kan?

Selain itu, anak-anak yang masih berusia tiga tahun memilimi kemampuan syaraf yang tinggi (multitasking) sehingga ia bisa mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus.

Kalau Ayah-Bunda takut anak tersedak karena banyak bergerak, aktivitas dapat diganti dengan bermain di tempat. Untuk mengajarkan kesopanan, Ayah-Bunda bisa memulainya saat anak berusia empat atau lima tahun.

Contohnya dengan menjelaskan bahwa makan yang sopan adalah makan di meja makan sambil duduk diam. Selanjutnya dapat diterapkan aturan, tidak boleh main sebelum makan selesai. Jadi jika ingin main, makannya harus dituntaskan dahulu. Tentu saja aturan ini perlu dibarengi dengan memberi cotoh makan bersama di meja makan secara konsisten dan teratur.

Ayah dan Bunda juga tidak perlu khawatir berlebihan. Akan ada saatnya anak makan sambil duduk diam dan tidak sambil berlari-lari.

Setelah saya berusaha menerapkan jawaban dari ayah Edi ini, Quinsa pun sudah mulai bisa duduk dengan tenang sambil makan sendiri meskipun sering tidak dihabiskan dan sisa-sisa makanan berserakan dimana mana.

Namun saya bahagia dan tetap memujinya karena Quinsa sudah belajar makan sendiri dengan tenang di meja makan sebelum usianya genap empat tahun.

Referensi;

Edi. Ayah Edi Menjawab 100 Persoalan Sehari-hari Orangtua yang Tidak Ada Jawabannya di Kamus Man Pun. 2012. Noura books

Originally created by Annisa Mahanani, 2 May 2018 at 11.39 AM

Komentar

  1. Anakku juga tipe belajarnya ada yang kinestetik. Jadi akhirnya aku perkenalkan pada origami. Jadi dia sambil belajar ya sambil melipat origami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siippp mba, makan sembari melatih otot2 motorik halus yaa..👍

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Acara Jalan Sehat Desa Bondansari, Wiradesa 21 Agustus 2022

Dalam rangka acara memperingati hari lahirnya Indonesia Raya yang ke 77 pada hari Minggu 21 Agustus 2022, pada pukul 07.00 WIB pagi hari sekitar 1.500 warga Desa Bondansari, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan-Jawa Tengah ikut memeriahkan acara jalan sehat yg rutenya dimulai dari Balaidesa Bondansari lurus ke arah selatan menuju arah Dukuh Gendogo lalu belok ke arah timur melewati dukun Penggilingan, Bondan, serta Kebonan lalu kembali lagi di depan balaidesa sebagai garis finish acara jalan sehat berhadiah di pagi itu.              Pict.by : @Tatik Faridayani Acara dimulai dengan sambutan dari Bapak kepala desa Bondansari dan di tengah-tengah acara ada sambutan juga dari Bapak Camat Wiradesa. Warga terlihat antusias mengikuti acara tersebut. Beberapa di antaranya ada sesepuh-sesepuh Desa Bondansari yang turut memeriahkan acara tersebut. Walaupun usianya sudah lebih dari 60 tahun beliau-beliau tetap semangat dan tetap mengikuti jalannya acara tersebut sampai selesai.

DAY #1 KEJUJURAN

Kak Hani Berani Jujur Pada suatu sore... Kakak Hani sedang makan bersama adik Quinsa... Tiba-tiba... "Pranggg..!!!" Terdengar suara piring yang pecah.. Saat itu Umma sedang sibuk beres-beres di belakang rumah. Setelah selesai beres-beres rumah Umma mendatangi kak Hani dan adik Quinsa.. "Innaalillaahi wa'innaa ilaihi rooji'uun..wah, piringnya pecah lagi nihh..ayo bantuin Umma bersihin dulu yuk.." Kak Hani dan adik Quinsa membantu Umma membersihkan pecahan piring. Setelah itu Umma bertanya "Ayoo sayaang.. siapa yaa..yang tadi mecahin piring?" tanya umma, diantara ak Hani dan adik Quinsa belum ada yang berani menjawab... Akhirnya Umma bertanya lagi.. " Ayo siapa yang berani jujur sama Umma, anak yang jujur disayang lohh sama Allah nak..Umma tidak marah kok kalo kak Hani atau adik Quinsa mau berkata jujur.." Kata Umma sambil mengelus-elus kepala kakak Hani dan adik Quinsa. Akhirnya kak Hani mengakui kesalahannya dan meminta maaf